KERAJAAN HOLING
LETAK KERAJAAN HOLING
Pada abad ke-7 berdiri
suatu kerajaan yang bernama Kalingga / Holing. Letak kerajaan kalingga hingga
kini belum dapat di pastikan. Hal itu di sebabkan karena adanya beberapa
pendapat yang yang berbeda dalam membahas letak kerajaan tersebut, di antaranya
:
1. Menurut berita Cina yang berasal dari Dinasti
Tang menyebutkan bahwa letak kerajaan kalingga berbatasan dengan laut sebelah
selatan, Tan-Hen-La (Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) di sebelah timur,
dan To-Po-Teng di sebelah barat. Nama lain dari Holing adalah Cho-Po (jawa)
sehingga berdasarkan berita cina tersebut dapat di simpulkan bahwa kerajaan
kalingga / holing terletak di pulau jawa, khususnya jawa tengah.
2.
Dalam menentukan letak
kerjaan kalingga / holing, J.L. Moens meninjau dari segi perekonomian, yaitu
pelayaran dan perdagangan. Alasannya, selat malaka merupakan selat yang sangat
ramai dalam aktivitas pelayaran perdagangan. Pendapat J.L. Moens ini di perkuat
dengan di pertemukannya sebuah daerah di Semenanjung Malaya yang bernama
Keling.
PENINGGALAN
KERAJAAN HOLING
Salah satu peninggalan
kerajaan kalingga / holing adalah prasasti tukmas. Prasasti ini di temukan di
Desa Dakwu tepatnya di daerah Grobogan Purwodadi di Lereng gunung merbabu di
jawa tengah. Prasasti ini bertuliskan huruf pallawa berbahasa sansekerta yang menceritakan
tentang mata air yang bersih dan jernih. Selain itu, prasasti ini juga memiliki
gambar- gambar seperti kendi, trisula, kapak, kelasangka, cakra, dan bunga
teratai yang merupakan lambing keeratan hubungan manusia dengan para
dewa.
ASPEK KEHIDUPAN
PEMERINTAHAN KERAJAAN HOLING
A) Kehidupan
Politik
Berdasarkan berita cina di sebutkan bahwa kerajaan kalingga / holing di
perintah oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima. Pemerintahan Ratu Sima
sangat keras namun adil dan bijaksana. Kepada setiap pelanggar, Ratu Sima
selalu memberikan sanksi yang tegas. Rakyat tunduk dan patuh terhadap segala
perintah Ratu Sima bahkan tidak seorang pun rakyat maupun pejabat kerajaan yang
melanggar segala perintahnya.
B) Kehidupan
Ekonomi
Kehidupan perekonomian masyarakat kerajaan kalingga / holing berkembang pesat.
Masyarakat kerajaan kalingga telah mengenal hubungan perdagangan. Mereka
menjalin hubungan perdagangan pada suatu tempat yang di sebut dengan pasar.
Pada pasar itu, mereka mengadakan hubungan dengan teratur. Selain itu, kegiatan
ekonomi masyarakat lainnya, di antaranya bercocok tanam, menghasilkan kulit,
penyu, emas, perak, cula badak, dan gading serta membuat garam. Kehidupan
masyarakat holing tentram. Hal itu di sebabkan karena di Holing tidak ada
kejahatan dan kebohongan. Berkat kondisi itu, rakyat Holing memperhatikan
pendidikan. Hal itu terbukti dengan adanya rakyat Holing telah mengenal tulisan
dan ilmu perbintangan.
C) Kehidupan
Agama
Kerajaan kalingga merupakan kerajaan yang sangat terpengaruh oleh ajaran Budha.
Oleh karena itu, Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha. Holing memiliki
seorang pendeta yang bernama Jnanabhadra. Hal itu menyebabkan masyarakat Holing
mayoritas beragama Budha.
Pada suatu hari, seorang
pendeta Budha dari Cina berkeinginan menuntut ilmu di Holing. Pendeta itu
bernama Hou-ei-Ning. Ia pergi Holing untuk menerjemahkan kitab Hinayana dari
bahasa sansekerta ke bahasa Cina.
SUMBER SEJARAH
1) Berita
Dari Cina
Pendeta I-Tsing
menyatakan bahwa pendeta Hwining dan Yunki (pembantu pendeta Hwining) pergi ke
Holing pada tahun 664 untuk mempelajari ajaran agama Budha. Ia juga menerjemahkan
kitab suci agama Budha dari bahasa sansekerta ke bahasa Cina. Kitab yang ia
terjemahkan merupakan bagian terakhir dari kitab Varinirvana yang mengisahkan
tentang pembukaan jenazah sang Budha. dalam
2) Prasasti
Tukmas
HUBUNGAN KERAJAAN HOLING DENGAN NEGERI LUAR
Pada masa Chen-kuang,
raja holing bersama raja To-ho-lo To-p’o-teng menyerahkan upeti ke Cina. Upeti
tersebut disambut baik oleh kaisar Chen-kuang. Oleh karena itu, kaisar cina
mengirimkan balasan yang dibubuhi cap kerajaan kepada mereka. Selain itu,
kaisar cina juga memberikan kuda-kuda terbaik kepada raja
To-ho-lo.
Pada tahun 813 Masehi,
raja holing mengirim upeti lagi ke cina. Utusan tersebut mempersembahkan empat
budak sheng-chih, burung kakatua, dan burung p’in- chiat serta benda-benda
lainnya. Kaisar amat berkenan hatinya sehingga ia memberikan gelar kehormatan
kepada utusan tersebut. Tetapi utusan tersebut memohon agar gelar kehormatan
itu diberikan kepada adiknya saja. Kaisar sangat terkesan dengan sikap utusan
tersebut sehingga ia memberikan gelar kehormatan kepada keduanya.
MASA KEJAYAAN
Pada tahun 674
Masehi, kerajaan kalingga/holing diperintah oleh seorang raja putri yang
bernama Ratu Sima. Ratu sima merupakan raja yang terkenal di pemerintahan
kerajaan holing. Dibawah kekuasaan Ratu sima ini, kerajaan kalingga/holing
mengalami masa kejayaan. Pada saat itu, semua rakyat hidup dengan tenteram dan
makmur. Mereka tunduk dan patuh terhadap segala perintah ratu sima bahkan tidak
ada seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani melanggarnya.
Pada suatu hari, ada seorang raja yang sangat penasaran dengan kejujuran rakyat
holing. Raja itu bernama Raja Tache. Ia berkeinginan untuk menguji kejujuran
rakyat holing. Untuk membuktikannya, raja Tache mengirim utusan ke holing.
Utusan tersebut diperintahkan untuk meletakkan pundi-pundi emas secara
diam-diam di tengah jalan dekat keramaian pasar. Tetapi tidak ada seorang pun
yang berani menyentuh pundi-pundi emas tersebut hingga 3 tahun lamanya. Namun,
pada suatu hari sang putera mahkota sedang berjalan-jalan melewati pasar
tersebut. Ketika berjalan, kaki putera mahkota tidak sengaja menyenggol
pundi-pundi emas. Salah seorang warga melihat kejadian itu dan ia melaporkan
kepada pemerintah kerajaan. Laporan tersebut terdengar oleh ratu sima. Ia
langsung memerintahkan kepada hakim untuk membunuh anaknya sendiri. Ratu sima
menganggap itu merupakan tindakan kejahatan pencurian. Beberapa patih kerajaan
tidak setuju dengan keputusan yang diambil oleh ratu sima. Mereka mengajukan
pembelaan untuk putera mahkota kepda ratu sima. Mereka meminta agar putera
mahkota tidak dibunuh melainkan hanya dipotong kakinya saja. Pembelaan patih
kerajaan disetujui oleh ratu sima. Oleh karena itu, untuk menebus kesalahan
kaki putera mahkota dipotong.